Tokoh ini adalah orang Afrika Selatan
berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden
pertama yang terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu
multiras. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid
dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong
rekonsiliasi rasial. Selaku nasionalis Afrika dan sosialis demokratik,
ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1991
sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal
Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999. Berikut biografi Nelson Mandela selengkapnya.
Nama lengkapnya Nelson Rolihlahla Mandela lahir di Mvezo, Afrika
Selatan, 18 Juli 1918 adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan
politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan
sejak 1994 sampai 1999. Mandela lahir tanggal 18 Juli 1918 di desa Mvezo
di Umtatu, waktu itu terletak di Provinsi Cape, Afrika Selatan. Dengan
nama depan Rolihlahla, istilah Xhoa yang berarti "pembuat masalah", ia
nantinya justru lebih dikenal dengan nama klannya, Madiba. Kakek buyut
dari ayahnya, Ngubengcuka, adalah penguasa suku Thembu di Teritori
Transkei yang saat ini menjadi provinsi Eastern Cape di Afrika Selatan.
Salah satu putranya, Mandela, menjadi kakek Nelson dan sumber nama
belakangnya. Karena Mandela adalah satu-satunya putra raja yang ibunya
berasal dari klan Ixhiba, "Dinasti Tangan Kiri", keturunan cabang kadet
keluarga kerajaannya bersifat morganatik, artinya tidak berhak mewarisi
takhta tetapi diakui sebagai anggota dewan kerajaan yang jabatannya
turun temurun. Karena itu, ayahnya, Gadla Henry Mphakanyiswa, merupakan
kepala suku setempat dan anggota dewan kerajaan; ia dilantik tahun 1915
setelah pendahulunya dituduh korupsi oleh hakim kulit putih yang
berkuasa waktu itu. Pada tahun 1926, Gadla juga dituduh melakukan
korupsi dan Nelson kelak diberitahu bahwa ayahnya dipecat karena
bersikukuh menolak permintaan hakim yang tidak masuk akal. Sebagai
penyembah dewa Qamata, Gadla adalah seorang poligamis yang memiliki
empat istri, empat putra, dan sembilan putri, yang tinggal di beberapa
desa. Ibu Nelson, Nosekeni Fanny, adalah istri ketiga Gadla yang
merupakan putri Nkedama dari Dinasti Tangan Kanan dan anggota klan
amaMpemvu.
Sempat menyebut kehidupan awalnya didominasi "adat, ritual, dan tabu",
Mandela tumbuh bersama dua saudarinya di kraal ibunya di desa Qunu,
tempat Mandela bekerja sebagai gembala sapi dan menghabiskan waktunya
bersama anak-anak lain. Kedua orang tuanya buta huruf, namun merupakan
penganut Kristen yang taat. Ibunya mengirimkan Mandela ke sekolah
Methodis setempat ketika menginjak usia 7 tahun. Dibaptis sebagai
Methodis, Mandela diberi nama depan Inggris "Nelson" oleh gurunya. Saat
Mandela kira-kira berusia 9 tahun, ayahnya menetap di Qunu dan meninggal
akibat penyakit yang tidak diketahui yang diyakini Mandela sebagai
penyakit paru-paru. Merasa "terabaikan", ia kelak mengaku mewarisi
"sifat pemberontak bangga" dan "rasa keadilan yang keras" dari ayahnya.
Ibunya membawa Mandela ke istana "Great Place" di Mqhekezweni, lalu
dipercayakan untuk asuhan bupati Thembu, Kepala Suku Jongintaba
Dalindyebo. Meski ia tidak akan melihat ibunya lagi selama sekian tahun,
Mandela merasa bahwa Jongintaba dan istrinya Noengland memperlakukannya
seperti anak sendiri, membesarkannya bersama putra-putri mereka,
Justice dan Nomafu. Karena Mandela sering menghadiri misa setiap Minggu
bersama orang tua asuhnya, Kristen menjadi bagian utama hidupnya. Ia
mengenyam pendidikan di sekolah misi Methodis dekat istana tersebut. Di
sana ia belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi. Ia mulai
tertarik dengan sejarah Afrika, mendengarkan cerita-cerita yang
diujarkan para pengunjung istana yang tua, dan terpengaruh retorika
anti-imperialis Kepala Suku Joyi. Waktu itu, ia tetap saja menganggap
kolonialis Eropa sebagai penolong, bukan penindas. Pada usia 16 tahun,
ia, Justice, dan teman-temannya berangkat ke Tyhalarha untuk menjalani
ritual sunat yang secara simbolis menandakan mereka sudah dewasa. Seusai
ritual, Mandela diberi nama "Dalibunga".
Untuk mendapatkan keterampilan supaya bisa menjadi anggota dewan
penasihat untuk keluarga raja Thembu, Mandela mengenyam pendidikan
menengah di Clarkebury Boarding Institute di Engcobo, institusi bergaya
Barat yang merupakan sekolah Afrika berkulit hitam terbesar di
Thembuland. Setelah menyelesaikan Junior Certificate selama dua tahun,
pada tahun 1937 ia pindah ke Healdtown, perguruan Methodis di Fort
Beaufort yang juga dihadiri sebagian besar anggota keluarga raja Thembu,
termasuk Justice. Kepala sekolah menekankan superioritas budaya dan
pemerintahan Inggris, namun Mandela semakin tertarik dengan budaya
Afrika pribumi dan berteman untuk pertama kalinya dengan orang
non-Xhosa, seorang penutur bahasa Sotho, dan dipengaruhi salah satu guru
favoritnya, seorang Xhosa yang mematahkan tabu dengan menikahi orang
Sotho. Pada tahun keduanya Mandela memutuskan menjadi prefek (gelar
magister/kepemimpinan dengan definisi yang berbeda-beda).
Dengan bantuan Jongintaba, Mandela mengambil gelar Bachelor of Arts (BA)
di University of Fort Hare, institusi kulit hitam elit di Alice,
Eastern Cape dengan kurang lebih 150 mahasiswa. Di sana ia belajar
bahasa Inggris, antropologi, politik, pemerintahan pribumi, dan hukum
Belanda Romawi pada tahun pertamanya, dan ingin menjadi penerjemah atau
juru tulis di Departemen Urusan Pribumi.
Sepulangnya ke Mqhekezweni bulan Desember 1940, Mandela mengetahui bahwa
Jongintaba telah mengatur dua pernikahan untuk Mandela dan Justice;
karena tidak senang, mereka pergi ke Johannesburg melalui Queenstown dan
tiba bulan April 1941. Setelah menetap di rumah sepupunya di George
Goch Township, Mandela diperkenalkan pada pemasar rumah dan aktivis ANC
Walter Sisulu, yang memberinya pekerjaan sebagai articled clerk di firma
hukum Witkin, Sidelsky and Edelman. Di firma tersebut, Mandela berteman
dengan Gaur Redebe, anggota ANC dan Partai Komunis bersuku Xhosa, dan
Nat Bregman, komunis Yahudi yang menjadi teman kulit putih pertamanya.
Sepulangnya ke Thembuland, sang bupati meninggal dunia pada musim dingin
1942, Mandela dan Justice terlambat sehari untuk menghadiri
pemakamannya. Pasca wisuda awal 1943, Mandela kembali ke Johannesburg
untuk menjadi pengacara alih-alih anggota dewan penasihat di Thembuland.
Ia kelak berkata bahwa saat itu ia tidak sadar, tapi "mengetahui diriku
sedang melakukannya dan tidak bisa melawan."
Aktifitas Revolusi
Saat belajar hukum di University of Witwatersrand, Mandela adalah
satu-satunya orang pribumi Afrika di fakultas tersebut, dan meski
menghadapi rasisme ia berteman dengan sejumlah mahasiswa Eropa, Yahudi,
dan India liberal dan komunis, termasuk Joe Slovo, Harry Schwarz, dan
Ruth First. Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin dipengaruhi
Sisulu dan menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di rumah Sisulu di
Orlando, termasuk teman lamanya Oliver Tambo. Meski berteman dengan
orang non-kulit hitam dan komunis, Mandela mendukung pandangan temannya
Lembede, percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus terbebas
sepenuhnya dalam perjuangan mendapatkan penentuan nasib sendiri secara
politik. Merasa perlunya sayap pemuda untuk memobilisasi penduduk Afrika
secara besar-besaran dalam penentangan penindasan mereka, Mandela ikut
dalam delegasi yang memberitahu Presiden ANC Alfred Bitini Xuma soal
rencana tersebut dirumahnya di Sophiatown; African National Congress
Youth League (ANCYL) didirikan pada Minggu Paskah 1944 di Bantu Men's
Social Centre di Eloff Street; Lembede menjadi Presiden dan Mandela
menjadi anggota komite eksekutif.
Di rumah Sisulu, Mandela bertemu Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan
perawat dari Engcobo, Transkei. Menikah tanggal 5 Oktober 1944, setelah
awalnya tinggal bersama kerabat Evelyn, mereka menyewa Rumah no. 8115 di
Orlando pada awal 1946. Anak pertama mereka, Madiba "Thembi"
Thembekile, lahir bulan Februari 1946, sementara seorang putri bernama
Makaziwe lahir tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian akibat
meningitis. Mandela menikmati kehidupan rumah tangga, mengajak ibu dan
saudarinya Leabie untuk tinggal bersamanya.
Pada pemilihan umum Afrika Selatan 1948 yang hanya boleh diikuti
penduduk kulit putih, Partai Herenigde Nasionale yang didominasi
Afrikaner pimpinan Daniel François Malan menang dan bergabung dengan
Partai Afrikaner menjadi Partai Nasional. Karena rasialis secara
terbuka, partai ini meresmikan dan memperluas segregasi ras melalui
undang-undang apartheid yang baru. Semakin meningkat pengaruhnya di ANC,
Mandela dan kader-kadernya mulai menyerukan aksi langsung terhadap
apartheid, seperti boikot dan mogok, yang dipengaruhi oleh taktik
masyarakat India Afrika Selatan.
Mandela menggantikan Xuma sebagai Eksekutif Nasional ANC pada bulan
Maret 1950. Pada tahun 1950, Mandela terpilih sebagai presiden nasional
ANCYL; di konferensi nasional ANC Desember 1951, ia terus menentang
front ras bersatu, sayangnya ia kalah jumlah suara. Sejak itu, ia
mengubah seluruh sudut pandangnya dan beralih ke pandangan tadi;
dipengaruhi teman-temannya seperti Moses Kotane dan dukungan Uni Soviet
terhadap perang pembebasan nasional. Ketidakpercayaan Mandela terhadap
komunisme juga patah. Ia terpengaruh tulisan-tulisan Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong,
dan menganut materialisme dialektik. Pada April 1952, Mandela mulai
bekerja di firma hukum H.M. Basner, meski komitmen kerja dan
aktivismenya yang meningkat berarti ia menghabiskan lebih sedikit
waktunya untuk keluarga.
Tanggal 30 Juli 1952, Mandela ditangkap di bawah UU Pemberantasan
Komunisme dan diadili sebagai bagian dari 21 orang terdakwa—termasuk
Moroka, Sisulu, dan Dadoo—di Johannesburg. Dinyatakan bersalah karena
"komunisme menurut undang-undang", hukuman kerja paksa mereka selama
sembilan bulan diperpanjang menjadi dua tahun. Bulan Desember, Mandela
dijatuhkan larangan menghadiri pertemuan atau berbicara kepada lebih
dari satu orang dalam satu waktu selama enam bulan, sehingga
kepresidenan ANU Transvaal-nya menjadi tidak praktis. Defiance Campaign
berangsur-angsur selesai. Bulan September 1953, Andrew Kunene membacakan
pidato "No Easy Walk to Freedom" Mandela di sebuah pertemuan ANC
Transvaal; judulnya diambil dari kutipan pemimpin kemerdekaan India
Jawaharlal Nehru, kelak memengaruhi pemikiran Mandela. Pidato ini
menetapkan rencana cadangan seandainya ANC dibubarkan. Rencana Mandela
(Mandela Plan) atau M-Plan ini terdiri dari pembelahan organisasi
menjadi struktur sel dengan kepemimpinan yang lebih tersentralisasi.
Mandela berpendapat bahwa ANC "tidak punya alternatif terhadap
pemberontakan bersenjata dan keras" setelah terlibat dalam unjuk rasa
yang gagal mencegah penggusuran kota pinggiran berpenduduk kulit hitam
Sophiatown, Johannesburg, pada Februari 1955. Dengan keterlibatan South
African Indian Congress, Coloured People's Congress, South African
Congress of Trade Unions dan Congress of Democrats, ANC berencana
mengadakan Kongres Rakyat, meminta semua warga Afrika Selatan
mengirimkan proposal untuk zaman pasca-apartheid. Berdasarkan
tanggapan-tanggapan ini, Piagam Kebebasan dirancang oleh Rusty Bernstein
yang isinya meminta pembentukan negara demokratis non-rasialis disertai
nasionalisasi industri besar. Saat piagam ini diadopsi pada konferensi
Juni 1955 di Kliptown yang dihadiri 3000 delegasi, polisi membubarkan
acara, namun ini tetap menjadi bagian utama ideologi Mandela.
Setelah akhir pelarangan kecua bulan September 1955, Mandela cuti kerja
ke Transkei untuk membahas dampak Undang-Undang Otoritas Bantu 1951
bersama ketua-ketua suku setempat. Ia juga menjenguk ibunya dan
Noengland sebelum melanjutkan perjalanan ke Cape Town. Pada Maret 1956,
ia dijatuhkan larangan tampil di hadapan publik untuk ketiga kalinya,
melarangnya masuk Johannesburg selama lima tahun, tetapi sering ia
langgar.
Pada tanggal 5 Desember 1956, Mandela ditahan bersama sebagian besar
eksekutif ANC karena "pengkhianatan tinggi" terhadap negara. Pada sidang
di Penjara Johannesburg yang dipenuhi unjuk rasa massal, mereka
menjalani pemeriksaan sementara di Drill Hall tanggal 19 Desember
sebelum dibebaskan dengan jaminan. Sidang sanggahan terdakwa dimulai
tanggal 9 Januari 1957, melibatkan pengacara terdakwa Vernon Berrangé,
dan berlanjut sampai ditangguhkan pada bulan September. Pada Januari
1958, hakim Oswald Pirow ditunjuk untuk menangani kasus ini, dan pada
Februari ia memutuskan bahwa ada "bukti yang cukup" supaya para terdakwa
diadili di Mahkamah Agung Transvaal. Pengadilan Pengkhianatan resmi
dimulai di Pretoria bulan Agustus 1958 dan para terdakwa berhasil
meminta ketiga hakim—semuanya terlibat dengan Partai Nasional yang
berkuasa—diganti. Pada Agustus, satu tuduhan dicabut, dan pada Oktober
jaksa menarik dakwaannya dan mengirim rancangan baru pada November yang
berpendapat bahwa pemimpin ANC melakukan pengkhianatan tinggi dengan
menyerukan revolusi kekerasan, tuduhan yang ditolak mentah-mentah oleh
terdakwa.
Menyamar sebagai sopir, Mandela berkeliling Afrika Selatan secara
rahasia dan menyusun struktur sel baru ANC dan mogok kerja massal pada
29 Mei. Dijuluki "Black Pimpernel" di media—mengutip novel Emma Orczy
tahun 1905 The Scarlet Pimpernel—polisi mengeluarkan surat perintah
penangkapannya. Ia yakin bahwa ANC harus membentuk kelompok bersenjata
untuk menyalurkan aksi-aksi kekerasannya dan meyakinkan ketua ANC Albert
Luthuli—yang secara moral menentang kekerasan—dan kelompok aktivis
sekutu tentang perlunya hal tersebut.
Terinspirasi oleh Gerakan 26 Juli Fidel Castro
dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela ikut mendirikan Umkhonto
we Sizwe ("Tombak Bangsa", disingkat MK) bersama Sisulu dan komunis Joe
Slovo. Ketika menjabat sebagai ketua grup militan ini, ia mendapatkan
sejumlah ide dari literatur ilegal tentang perang gerilya karya Mao dan Che Guevara.
Beroperasi dengan struktur sel, MK sepakat melakukan sabotase demi
memberi tekanan besar terhadap pemerintah dengan korban kecil, mengebom
instalasi militer, pembangkit listrik, kabel telepon, dan jalur
transportasi pada malam hari ketika tidak ada warga sipil. Mandela
mencatat bahwa jika taktik-taktik tersebut gagal, MK akan beralih ke
"peperangan gerilya dan terorisme." Sesaat setelah pemimpin ANC Luthuli
mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel, MK mengumumkan keberadaan mereka ke
publik dan rencana 57 pengeboman pada Hari Dingane (16 Desember) 1961,
diikuti serangan-serangan lain pada Malam Tahun Baru.
Penahanan
Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams dekat
Howick. Ditahan di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh
menghasut mogok buruh dan ke luar negeri tanpa izin. etelah dipindahkan
ke Pretoria, tempat yang bisa dijangkau Winnie, Mandela mulai mengambil
studi korespondensi untuk mendapatkan gelar Bachelor of Laws (LLB) dari
University of London dari dalam selnya. Tanggal 11 Juli 1963, polisi
menggeledah Lilielsleaf Farm, menahan semua orang di sana, dan menyita
berkas-berkas aktivitas MK, beberapa di antaranya menyebut nama Mandela.
Pengadilan Rivonia langsung diselenggarakan di Mahkamah Agung Pretoria
pada tanggal 9 Oktober. Mandela dan rekan-rekannya dituduh empat kali
melakukan sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah. Kepala
jaksa penuntut Percy Yutar menuntut mereka dihukum mati. Hakim Quartus
de Wet menutup kasus jaksa dengan alasan bukti tidak cukup, tetapi Yutar
menyusun ulang tuntutannya dan mengajukan kasus baru sejak Desember
sampai Februari 1964 dengan melibatkan 173 saksi mata dan ribuan dokumen
dan foto.
Mandela dan terdakwa lainnya dipindahkan dari Pretoria ke penjara di
Pulau Robben dan dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya.
Terisolasi dari tahanan-tahanan non-politik di Section B, Mandela
ditahan di sel beton lembap berukuran 8 kaki (2.4 m) kali 7 kaki (2.1 m)
yang dilengkapi tikar jerami untuk tidur. Selain sering ditindas secara
verbal dan fisik oleh penjaga berkulit putih, para tahanan Pengadilan
Rivonia menghabiskan waktu dengan memecah batu sampai akhirnya
dipindahtugaskan ke tambang batu kapur pada Januari 1965. Malamnya, ia
belajar demi mendapatkan gelar LLB tetapi dilarang membaca surat kabar.
Ia sempat beberapa kali ditahan di kurungan soliter akibat
menyelundupkan kliping berita. Dengan level tahanan terendah, Kelas D,
Mandela hanya boleh dijenguk sekali dan mengirim sepucuk surat saja
setiap enam bulan, walaupun semua surat yang keluar masuk disensor
besar-besaran.
Pada 1975, Mandela menjadi tahanan Kelas A, sehingga ia berhak mendapat
jatah kunjungan dan surat yang lebih besar; ia menghubungi para aktivis
anti-apartheid seperti Mangosuthu Buthelezi dan Desmond Tutu. Tahun itu
pula, ia mulai menulis otobiografi yang kemudian diselundupkan ke
London, namun tidak diterbitkan; otoritas penjara menemukan beberapa
lembar halaman dan hak belajar Mandela dihentikan selama empat tahun. Ia
lantas menghabiskan waktunya dengan berkebun dan membaca sampai
melanjutkan studi LLB-nya tahun 1980.
Bulan April 1982, Mandela ditransfer ke Penjara Pollsmoor di Tokai, Cape
Town bersama sejumlah pemimpin senior ANC Walter Sisulu, Andrew
Mlangeni, Ahmed Kathrada, dan Raymond Mhlaba; mereka yakin sedang
diisolasi demi menghapus pengaruh mereka terhadap aktivis-aktivis muda.
Kondisi di Pollsmoor lebih baik ketimbang Pulau Robben, tetapi Mandela
merasa rindu camaraderie dan pemandangan pulau tersebut. Berteman dengan
kepala sipir Pollsmoor, Brigadir Munro, Mandela diizinkan membuat kebun
atap, serta membaca besar-besar dan mendapat jatah 52 surat setahun. Ia
ditunjuk sebagai pelindung gerakan multiras Front Demokratik Bersatu
(UDF) yang didirikan untuk melawan reformasi pemerintahan Presiden
Afrika Selatan P.W. Botha. Pemerintah Partai Nasional pimpinan Botha
mengizinkan warga Kleurlinge dan India memilih perwakilannya sendiri
yang kelak mengatur pendidikan, kesehatan, dan perumahan, namun orang
Afrika kulit hitam dikecualikan dari sistem ini; layaknya Mandela, UDF
memandang hal ini sebagai upaya memecah gerakan anti-apartheid di sektor
ras.
Walaupun menganggap Mandela "Marxis besar" yang berbahaya, pada Februari
1985 Botha menawarkan pembebasannya dari penjara dengan syarat ia
"menolak kekerasan tanpa syarat sebagai senjata politik". Mandela
menolaknya dan merilis pernyataan melalui putrinya, Zindzi, bahwa "Kebebasan
apa yang sedang ditawarkan kepadaku jika organisasi rakyat [ANC] tetap
dilarang? Hanya orang bebas yang dapat bernegosiasi. Seorang tahanan
tidak boleh terlibat kesepakatan."
Mandela meminta diskusi dengan Botha tapi ditolak, malah bertemu secara
rahasia dengan Menteri Kehakiman Kobie Coetsee pada 1987, lalu bertemu
lagi sebanyak 11 kali selama 3 tahun. Coetsee mengatur negosiasi antara
Mandel dengan satu tim beranggotakan empat pejabat pemerintah sejak Mei
1988; tim sepakat membebaskan tahanan politik dan mengesahkan ANC dengan
syarat mereka tidak boleh lagi melancarkan aksi kekerasan, memutus
hubungan dengan Partai Komunis, dan tidak memaksakan kekuasaan
mayoritas. Mandela menolak semuanya dan menegaskan bahwa ANC hanya akan
mengakhiri pemberontakan bersenjata jika pemerintah menghentikan
kekerasan.
Sepulihnya dari tuberkulosis yang disebabkan kondisi sel yang lembap,
pada Desember 1988 Mandela dipindahkan ke Penjara Victor Verster dekat
Paarl. Di sini, ia tinggal di rumah sipir yang lebih nyaman dengan koki
pribadi; Mandela memanfaatkannya untuk menyelesaikan studi LLB-nya.
Diizinkan banyak pengunjung, Mandela melakukan komunikasi rahasia dengan
pemimpin ANC yang terasingkan, Oliver Tambo. Tahun 1989, Botha
menderita stroke, tetap menjadi presiden tetapi mundur sebagai ketua
Partai Nasional dan digantikan oleh F. W. de Klerk yang konservatif.
Tanpa diduga, Botha mengundang Mandela minum teh pada Juli 1989; Mandela
menyebutnya undangan yang hangat. Botha digantikan sebagai presiden
oleh de Klerk enam minggu kemudian; presiden baru ini percaya bahwa
apartheid tidak berkelanjutan dan membebaskan semua tahanan ANC tanpa
syarat kecuali Mandela. Setelah runtuhnya Tembok Berlin bulan November
1989, de Klerk memanggil kabinetnya untuk membicarakan legalisasi ANC
dan pembebasan Mandela. Meski beberapa anggota kabinet sangat menentang
renccananya, de Klerk bertemu Mandela pada Desember untuk mendiskusikan
situasi ini, sebuah pertemuan yang dianggap bersahabat oleh kedua orang
tersebut, sebelum membebaskan Mandela tanpa syarat dan mengesahkan semua
partai politik yang sebelumnya dibubarkan pada 2 Februari 1990.
Setelah keluar dari Victor Verster pada 11 Februari, Mandela menggandeng
tangan Winnie di hadapan kerumunan dan pers; acara ini disiarkan
langsung di seluruh dunia. Di Balai Kota Cape Town, ia menyampaikan
pidato yang menyatakan komitmennya terhadap perdamaian dan rekonsiliasi
dengan kaum minoritas kulit putih, tetapi menegaskan bahwa pemberontakan
bersenjata ANC belum berakhir dan akan terus berlanjut sebagai "aksi
defensif murni terhadap kekejaman apartheid". Ia berharap pemerintah
akan menyepakati negosiasi sehingga "pemberontakan bersenjata tidak
diperlukan lagi" dan memaksa bahwa fokus utamanya adalah membawa
perdamaian ke kalangan mayoritas kulit hitam dan memberi mereka hak
suara di pemilu nasional dan lokal. Ketika tinggal di rumah Desmond Tutu
beberapa hari selanjutnya, Mandela bertemu teman-teman, aktivis, dan
pers, dan berpidato di hadapan 100.000 orang di Soccer City,
Johannesburg.
Dengan penetapan pemilu pada tanggal 27 April 1994, ANC mulai
berkampanye, membuka 100 posko pemilu, dan mempekerjakan penasihat
Stanley Greenberg. Greenberg merancang pondasi People's Forums di
seluruh negeri, sehingga Mandela bisa tampil; meski merupakan pembicara
publik yang buruk, Greenberg adalah tokoh terkenal dengan status tinggi
di kalangan penduduk kulit hitam Afrika Selatan. Pelantikan Mandela
dilangsungkan di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994, disiarkan ke satu
miliar penonton di seluruh dunia. Acara ini dihadiri 4.000 tamu,
termasuk pemimpin dunia dari berbagai latar belakang. Selain Presiden
Afrika Selatan berkulit hitam pertama, Mandela juga menjadi kepala
Pemerintah Persatuan Nasional yang didominasi ANC—yang justru tidak
punya pengalaman di pemerintahan—tetapi juga melibatkan perwakilan
Partai Nasional dan Inkatha. Setelah duduk di kursi presiden, Mandela
ganti baju beberapa kali sehari dan salah satu merek dagang Mandela
adalah kemeja batiknya yang dikenal sebagai "kemeja Madiba". Ia selalu
memakainya bahkan dalam suasana formal.
Penghargaan dan Monumen
Di South Africa, Mandela secara luas dianggap sebagai "bapak bangsa",
dan "bapak pendiri demokrasi", dipandang sebagai "pembebas bangsa, sang
penyelamat, Washington dan Lincoln
digabung menjadi satu". Pada tahun 2004, Johannesburg memberikan
Mandela kunci kota, dan pusat perbelanjaan Sandton Square diganti
namanya menjadi Nelson Mandela Square setelah sebuah patung Mandela
dipasang disana. Tahun 2008, patung Mandela dipasang di Groot
Drakenstein Correctional Centre, sebelumnya Penjara Victor Verster,
dekat Cape Town, di titik tempat Mandela dibebaskan dari penjara.
Ia juga mendapat banyak pujian dari dunia internasional. Pada tahun
1993, ia menerima Hadiah Perdamaian Nobel bersama de Klerk. Bulan
November 2009, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan ulang
tahun Mandela, 18 Juli, sebagai "Hari Mandela", yang menandakan
kontribusinya untuk perjuangan anti-apartheid. Peringatan ini meminta
semua orang menyumbangkan 67 menit waktunya untuk menolong orang lain.
Angka tersebut diambil dari 67 tahun masa keterlibatan Mandela dalam
pergerakan anti-apartheid.
Selain US Presidential Medal of Freedom, dan Order of Canada, ia
merupakan orang hidup pertama yang mendapatkan status warga negara
kehormatan Kanada. Setelah menjadi penerima terakhir Hadiah Perdamaian Lenin
dari Uni Soviet, pada tahun 1990 ia menerima Bharat Ratna Award dari
pemerintah India, dan tahun 1992 ia menerima Nishan-e-Pakistan dari
Pakistan. Pada tahun 1992, ia dianugerahkan Atatürk Peace Award oleh
Turki. Ia menolaknya karena waktu itu Turki melakukan serangkaian
pelanggaran hak asasi manusia, namun akhirnya diterima Mandela tahun
1999. Elizabeth II menganugerahkan Mandela Bailiff Grand Cross of the
Order of St. John dan Order of Merit.
S128 Sabung Ayam Online
BalasHapus