Rabu, 11 Desember 2013

Biografi Nelson Mandela


Tokoh ini adalah orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial. Selaku nasionalis Afrika dan sosialis demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1991 sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999. Berikut biografi Nelson Mandela selengkapnya.

Nama lengkapnya Nelson Rolihlahla Mandela lahir di Mvezo, Afrika Selatan, 18 Juli 1918 adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Mandela lahir tanggal 18 Juli 1918 di desa Mvezo di Umtatu, waktu itu terletak di Provinsi Cape, Afrika Selatan. Dengan nama depan Rolihlahla, istilah Xhoa yang berarti "pembuat masalah", ia nantinya justru lebih dikenal dengan nama klannya, Madiba. Kakek buyut dari ayahnya, Ngubengcuka, adalah penguasa suku Thembu di Teritori Transkei yang saat ini menjadi provinsi Eastern Cape di Afrika Selatan. Salah satu putranya, Mandela, menjadi kakek Nelson dan sumber nama belakangnya. Karena Mandela adalah satu-satunya putra raja yang ibunya berasal dari klan Ixhiba, "Dinasti Tangan Kiri", keturunan cabang kadet keluarga kerajaannya bersifat morganatik, artinya tidak berhak mewarisi takhta tetapi diakui sebagai anggota dewan kerajaan yang jabatannya turun temurun. Karena itu, ayahnya, Gadla Henry Mphakanyiswa, merupakan kepala suku setempat dan anggota dewan kerajaan; ia dilantik tahun 1915 setelah pendahulunya dituduh korupsi oleh hakim kulit putih yang berkuasa waktu itu. Pada tahun 1926, Gadla juga dituduh melakukan korupsi dan Nelson kelak diberitahu bahwa ayahnya dipecat karena bersikukuh menolak permintaan hakim yang tidak masuk akal. Sebagai penyembah dewa Qamata, Gadla adalah seorang poligamis yang memiliki empat istri, empat putra, dan sembilan putri, yang tinggal di beberapa desa. Ibu Nelson, Nosekeni Fanny, adalah istri ketiga Gadla yang merupakan putri Nkedama dari Dinasti Tangan Kanan dan anggota klan amaMpemvu.
Sempat menyebut kehidupan awalnya didominasi "adat, ritual, dan tabu", Mandela tumbuh bersama dua saudarinya di kraal ibunya di desa Qunu, tempat Mandela bekerja sebagai gembala sapi dan menghabiskan waktunya bersama anak-anak lain. Kedua orang tuanya buta huruf, namun merupakan penganut Kristen yang taat. Ibunya mengirimkan Mandela ke sekolah Methodis setempat ketika menginjak usia 7 tahun. Dibaptis sebagai Methodis, Mandela diberi nama depan Inggris "Nelson" oleh gurunya. Saat Mandela kira-kira berusia 9 tahun, ayahnya menetap di Qunu dan meninggal akibat penyakit yang tidak diketahui yang diyakini Mandela sebagai penyakit paru-paru. Merasa "terabaikan", ia kelak mengaku mewarisi "sifat pemberontak bangga" dan "rasa keadilan yang keras" dari ayahnya.
Ibunya membawa Mandela ke istana "Great Place" di Mqhekezweni, lalu dipercayakan untuk asuhan bupati Thembu, Kepala Suku Jongintaba Dalindyebo. Meski ia tidak akan melihat ibunya lagi selama sekian tahun, Mandela merasa bahwa Jongintaba dan istrinya Noengland memperlakukannya seperti anak sendiri, membesarkannya bersama putra-putri mereka, Justice dan Nomafu. Karena Mandela sering menghadiri misa setiap Minggu bersama orang tua asuhnya, Kristen menjadi bagian utama hidupnya. Ia mengenyam pendidikan di sekolah misi Methodis dekat istana tersebut. Di sana ia belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi. Ia mulai tertarik dengan sejarah Afrika, mendengarkan cerita-cerita yang diujarkan para pengunjung istana yang tua, dan terpengaruh retorika anti-imperialis Kepala Suku Joyi. Waktu itu, ia tetap saja menganggap kolonialis Eropa sebagai penolong, bukan penindas. Pada usia 16 tahun, ia, Justice, dan teman-temannya berangkat ke Tyhalarha untuk menjalani ritual sunat yang secara simbolis menandakan mereka sudah dewasa. Seusai ritual, Mandela diberi nama "Dalibunga".
Untuk mendapatkan keterampilan supaya bisa menjadi anggota dewan penasihat untuk keluarga raja Thembu, Mandela mengenyam pendidikan menengah di Clarkebury Boarding Institute di Engcobo, institusi bergaya Barat yang merupakan sekolah Afrika berkulit hitam terbesar di Thembuland. Setelah menyelesaikan Junior Certificate selama dua tahun, pada tahun 1937 ia pindah ke Healdtown, perguruan Methodis di Fort Beaufort yang juga dihadiri sebagian besar anggota keluarga raja Thembu, termasuk Justice. Kepala sekolah menekankan superioritas budaya dan pemerintahan Inggris, namun Mandela semakin tertarik dengan budaya Afrika pribumi dan berteman untuk pertama kalinya dengan orang non-Xhosa, seorang penutur bahasa Sotho, dan dipengaruhi salah satu guru favoritnya, seorang Xhosa yang mematahkan tabu dengan menikahi orang Sotho. Pada tahun keduanya Mandela memutuskan menjadi prefek (gelar magister/kepemimpinan dengan definisi yang berbeda-beda).
Dengan bantuan Jongintaba, Mandela mengambil gelar Bachelor of Arts (BA) di University of Fort Hare, institusi kulit hitam elit di Alice, Eastern Cape dengan kurang lebih 150 mahasiswa. Di sana ia belajar bahasa Inggris, antropologi, politik, pemerintahan pribumi, dan hukum Belanda Romawi pada tahun pertamanya, dan ingin menjadi penerjemah atau juru tulis di Departemen Urusan Pribumi.
Sepulangnya ke Mqhekezweni bulan Desember 1940, Mandela mengetahui bahwa Jongintaba telah mengatur dua pernikahan untuk Mandela dan Justice; karena tidak senang, mereka pergi ke Johannesburg melalui Queenstown dan tiba bulan April 1941. Setelah menetap di rumah sepupunya di George Goch Township, Mandela diperkenalkan pada pemasar rumah dan aktivis ANC Walter Sisulu, yang memberinya pekerjaan sebagai articled clerk di firma hukum Witkin, Sidelsky and Edelman. Di firma tersebut, Mandela berteman dengan Gaur Redebe, anggota ANC dan Partai Komunis bersuku Xhosa, dan Nat Bregman, komunis Yahudi yang menjadi teman kulit putih pertamanya.
Sepulangnya ke Thembuland, sang bupati meninggal dunia pada musim dingin 1942, Mandela dan Justice terlambat sehari untuk menghadiri pemakamannya. Pasca wisuda awal 1943, Mandela kembali ke Johannesburg untuk menjadi pengacara alih-alih anggota dewan penasihat di Thembuland. Ia kelak berkata bahwa saat itu ia tidak sadar, tapi "mengetahui diriku sedang melakukannya dan tidak bisa melawan."
Aktifitas Revolusi
Saat belajar hukum di University of Witwatersrand, Mandela adalah satu-satunya orang pribumi Afrika di fakultas tersebut, dan meski menghadapi rasisme ia berteman dengan sejumlah mahasiswa Eropa, Yahudi, dan India liberal dan komunis, termasuk Joe Slovo, Harry Schwarz, dan Ruth First. Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin dipengaruhi Sisulu dan menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di rumah Sisulu di Orlando, termasuk teman lamanya Oliver Tambo. Meski berteman dengan orang non-kulit hitam dan komunis, Mandela mendukung pandangan temannya Lembede, percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus terbebas sepenuhnya dalam perjuangan mendapatkan penentuan nasib sendiri secara politik. Merasa perlunya sayap pemuda untuk memobilisasi penduduk Afrika secara besar-besaran dalam penentangan penindasan mereka, Mandela ikut dalam delegasi yang memberitahu Presiden ANC Alfred Bitini Xuma soal rencana tersebut dirumahnya di Sophiatown; African National Congress Youth League (ANCYL) didirikan pada Minggu Paskah 1944 di Bantu Men's Social Centre di Eloff Street; Lembede menjadi Presiden dan Mandela menjadi anggota komite eksekutif.
Di rumah Sisulu, Mandela bertemu Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan perawat dari Engcobo, Transkei. Menikah tanggal 5 Oktober 1944, setelah awalnya tinggal bersama kerabat Evelyn, mereka menyewa Rumah no. 8115 di Orlando pada awal 1946. Anak pertama mereka, Madiba "Thembi" Thembekile, lahir bulan Februari 1946, sementara seorang putri bernama Makaziwe lahir tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian akibat meningitis. Mandela menikmati kehidupan rumah tangga, mengajak ibu dan saudarinya Leabie untuk tinggal bersamanya.
Pada pemilihan umum Afrika Selatan 1948 yang hanya boleh diikuti penduduk kulit putih, Partai Herenigde Nasionale yang didominasi Afrikaner pimpinan Daniel François Malan menang dan bergabung dengan Partai Afrikaner menjadi Partai Nasional. Karena rasialis secara terbuka, partai ini meresmikan dan memperluas segregasi ras melalui undang-undang apartheid yang baru. Semakin meningkat pengaruhnya di ANC, Mandela dan kader-kadernya mulai menyerukan aksi langsung terhadap apartheid, seperti boikot dan mogok, yang dipengaruhi oleh taktik masyarakat India Afrika Selatan.
Mandela menggantikan Xuma sebagai Eksekutif Nasional ANC pada bulan Maret 1950.  Pada tahun 1950, Mandela terpilih sebagai presiden nasional ANCYL; di konferensi nasional ANC Desember 1951, ia terus menentang front ras bersatu, sayangnya ia kalah jumlah suara. Sejak itu, ia mengubah seluruh sudut pandangnya dan beralih ke pandangan tadi; dipengaruhi teman-temannya seperti Moses Kotane dan dukungan Uni Soviet terhadap perang pembebasan nasional. Ketidakpercayaan Mandela terhadap komunisme juga patah. Ia terpengaruh tulisan-tulisan Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong, dan menganut materialisme dialektik. Pada April 1952, Mandela mulai bekerja di firma hukum H.M. Basner, meski komitmen kerja dan aktivismenya yang meningkat berarti ia menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk keluarga.
Tanggal 30 Juli 1952, Mandela ditangkap di bawah UU Pemberantasan Komunisme dan diadili sebagai bagian dari 21 orang terdakwa—termasuk Moroka, Sisulu, dan Dadoo—di Johannesburg. Dinyatakan bersalah karena "komunisme menurut undang-undang", hukuman kerja paksa mereka selama sembilan bulan diperpanjang menjadi dua tahun. Bulan Desember, Mandela dijatuhkan larangan menghadiri pertemuan atau berbicara kepada lebih dari satu orang dalam satu waktu selama enam bulan, sehingga kepresidenan ANU Transvaal-nya menjadi tidak praktis. Defiance Campaign berangsur-angsur selesai. Bulan September 1953, Andrew Kunene membacakan pidato "No Easy Walk to Freedom" Mandela di sebuah pertemuan ANC Transvaal; judulnya diambil dari kutipan pemimpin kemerdekaan India Jawaharlal Nehru, kelak memengaruhi pemikiran Mandela. Pidato ini menetapkan rencana cadangan seandainya ANC dibubarkan. Rencana Mandela (Mandela Plan) atau M-Plan ini terdiri dari pembelahan organisasi menjadi struktur sel dengan kepemimpinan yang lebih tersentralisasi.
Mandela berpendapat bahwa ANC "tidak punya alternatif terhadap pemberontakan bersenjata dan keras" setelah terlibat dalam unjuk rasa yang gagal mencegah penggusuran kota pinggiran berpenduduk kulit hitam Sophiatown, Johannesburg, pada Februari 1955. Dengan keterlibatan South African Indian Congress, Coloured People's Congress, South African Congress of Trade Unions dan Congress of Democrats, ANC berencana mengadakan Kongres Rakyat, meminta semua warga Afrika Selatan mengirimkan proposal untuk zaman pasca-apartheid. Berdasarkan tanggapan-tanggapan ini, Piagam Kebebasan dirancang oleh Rusty Bernstein yang isinya meminta pembentukan negara demokratis non-rasialis disertai nasionalisasi industri besar. Saat piagam ini diadopsi pada konferensi Juni 1955 di Kliptown yang dihadiri 3000 delegasi, polisi membubarkan acara, namun ini tetap menjadi bagian utama ideologi Mandela.
Setelah akhir pelarangan kecua bulan September 1955, Mandela cuti kerja ke Transkei untuk membahas dampak Undang-Undang Otoritas Bantu 1951 bersama ketua-ketua suku setempat. Ia juga menjenguk ibunya dan Noengland sebelum melanjutkan perjalanan ke Cape Town. Pada Maret 1956, ia dijatuhkan larangan tampil di hadapan publik untuk ketiga kalinya, melarangnya masuk Johannesburg selama lima tahun, tetapi sering ia langgar.
Pada tanggal 5 Desember 1956, Mandela ditahan bersama sebagian besar eksekutif ANC karena "pengkhianatan tinggi" terhadap negara. Pada sidang di Penjara Johannesburg yang dipenuhi unjuk rasa massal, mereka menjalani pemeriksaan sementara di Drill Hall tanggal 19 Desember sebelum dibebaskan dengan jaminan. Sidang sanggahan terdakwa dimulai tanggal 9 Januari 1957, melibatkan pengacara terdakwa Vernon Berrangé, dan berlanjut sampai ditangguhkan pada bulan September. Pada Januari 1958, hakim Oswald Pirow ditunjuk untuk menangani kasus ini, dan pada Februari ia memutuskan bahwa ada "bukti yang cukup" supaya para terdakwa diadili di Mahkamah Agung Transvaal. Pengadilan Pengkhianatan resmi dimulai di Pretoria bulan Agustus 1958 dan para terdakwa berhasil meminta ketiga hakim—semuanya terlibat dengan Partai Nasional yang berkuasa—diganti. Pada Agustus, satu tuduhan dicabut, dan pada Oktober jaksa menarik dakwaannya dan mengirim rancangan baru pada November yang berpendapat bahwa pemimpin ANC melakukan pengkhianatan tinggi dengan menyerukan revolusi kekerasan, tuduhan yang ditolak mentah-mentah oleh terdakwa.
Menyamar sebagai sopir, Mandela berkeliling Afrika Selatan secara rahasia dan menyusun struktur sel baru ANC dan mogok kerja massal pada 29 Mei. Dijuluki "Black Pimpernel" di media—mengutip novel Emma Orczy tahun 1905 The Scarlet Pimpernel—polisi mengeluarkan surat perintah penangkapannya. Ia yakin bahwa ANC harus membentuk kelompok bersenjata untuk menyalurkan aksi-aksi kekerasannya dan meyakinkan ketua ANC Albert Luthuli—yang secara moral menentang kekerasan—dan kelompok aktivis sekutu tentang perlunya hal tersebut.
Terinspirasi oleh Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela ikut mendirikan Umkhonto we Sizwe ("Tombak Bangsa", disingkat MK) bersama Sisulu dan komunis Joe Slovo. Ketika menjabat sebagai ketua grup militan ini, ia mendapatkan sejumlah ide dari literatur ilegal tentang perang gerilya karya Mao dan Che Guevara. Beroperasi dengan struktur sel, MK sepakat melakukan sabotase demi memberi tekanan besar terhadap pemerintah dengan korban kecil, mengebom instalasi militer, pembangkit listrik, kabel telepon, dan jalur transportasi pada malam hari ketika tidak ada warga sipil. Mandela mencatat bahwa jika taktik-taktik tersebut gagal, MK akan beralih ke "peperangan gerilya dan terorisme." Sesaat setelah pemimpin ANC Luthuli mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel, MK mengumumkan keberadaan mereka ke publik dan rencana 57 pengeboman pada Hari Dingane (16 Desember) 1961, diikuti serangan-serangan lain pada Malam Tahun Baru.
Penahanan
Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams dekat Howick. Ditahan di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh menghasut mogok buruh dan ke luar negeri tanpa izin. etelah dipindahkan ke Pretoria, tempat yang bisa dijangkau Winnie, Mandela mulai mengambil studi korespondensi untuk mendapatkan gelar Bachelor of Laws (LLB) dari University of London dari dalam selnya. Tanggal 11 Juli 1963, polisi menggeledah Lilielsleaf Farm, menahan semua orang di sana, dan menyita berkas-berkas aktivitas MK, beberapa di antaranya menyebut nama Mandela. Pengadilan Rivonia langsung diselenggarakan di Mahkamah Agung Pretoria pada tanggal 9 Oktober. Mandela dan rekan-rekannya dituduh empat kali melakukan sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah. Kepala jaksa penuntut Percy Yutar menuntut mereka dihukum mati. Hakim Quartus de Wet menutup kasus jaksa dengan alasan bukti tidak cukup, tetapi Yutar menyusun ulang tuntutannya dan mengajukan kasus baru sejak Desember sampai Februari 1964 dengan melibatkan 173 saksi mata dan ribuan dokumen dan foto.
Mandela dan terdakwa lainnya dipindahkan dari Pretoria ke penjara di Pulau Robben dan dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya. Terisolasi dari tahanan-tahanan non-politik di Section B, Mandela ditahan di sel beton lembap berukuran 8 kaki (2.4 m) kali 7 kaki (2.1 m) yang dilengkapi tikar jerami untuk tidur. Selain sering ditindas secara verbal dan fisik oleh penjaga berkulit putih, para tahanan Pengadilan Rivonia menghabiskan waktu dengan memecah batu sampai akhirnya dipindahtugaskan ke tambang batu kapur pada Januari 1965. Malamnya, ia belajar demi mendapatkan gelar LLB tetapi dilarang membaca surat kabar. Ia sempat beberapa kali ditahan di kurungan soliter akibat menyelundupkan kliping berita. Dengan level tahanan terendah, Kelas D, Mandela hanya boleh dijenguk sekali dan mengirim sepucuk surat saja setiap enam bulan, walaupun semua surat yang keluar masuk disensor besar-besaran.
Pada 1975, Mandela menjadi tahanan Kelas A, sehingga ia berhak mendapat jatah kunjungan dan surat yang lebih besar; ia menghubungi para aktivis anti-apartheid seperti Mangosuthu Buthelezi dan Desmond Tutu. Tahun itu pula, ia mulai menulis otobiografi yang kemudian diselundupkan ke London, namun tidak diterbitkan; otoritas penjara menemukan beberapa lembar halaman dan hak belajar Mandela dihentikan selama empat tahun. Ia lantas menghabiskan waktunya dengan berkebun dan membaca sampai melanjutkan studi LLB-nya tahun 1980.
Bulan April 1982, Mandela ditransfer ke Penjara Pollsmoor di Tokai, Cape Town bersama sejumlah pemimpin senior ANC Walter Sisulu, Andrew Mlangeni, Ahmed Kathrada, dan Raymond Mhlaba; mereka yakin sedang diisolasi demi menghapus pengaruh mereka terhadap aktivis-aktivis muda. Kondisi di Pollsmoor lebih baik ketimbang Pulau Robben, tetapi Mandela merasa rindu camaraderie dan pemandangan pulau tersebut. Berteman dengan kepala sipir Pollsmoor, Brigadir Munro, Mandela diizinkan membuat kebun atap, serta membaca besar-besar dan mendapat jatah 52 surat setahun. Ia ditunjuk sebagai pelindung gerakan multiras Front Demokratik Bersatu (UDF) yang didirikan untuk melawan reformasi pemerintahan Presiden Afrika Selatan P.W. Botha. Pemerintah Partai Nasional pimpinan Botha mengizinkan warga Kleurlinge dan India memilih perwakilannya sendiri yang kelak mengatur pendidikan, kesehatan, dan perumahan, namun orang Afrika kulit hitam dikecualikan dari sistem ini; layaknya Mandela, UDF memandang hal ini sebagai upaya memecah gerakan anti-apartheid di sektor ras.
Walaupun menganggap Mandela "Marxis besar" yang berbahaya, pada Februari 1985 Botha menawarkan pembebasannya dari penjara dengan syarat ia "menolak kekerasan tanpa syarat sebagai senjata politik". Mandela menolaknya dan merilis pernyataan melalui putrinya, Zindzi, bahwa "Kebebasan apa yang sedang ditawarkan kepadaku jika organisasi rakyat [ANC] tetap dilarang? Hanya orang bebas yang dapat bernegosiasi. Seorang tahanan tidak boleh terlibat kesepakatan."
Mandela meminta diskusi dengan Botha tapi ditolak, malah bertemu secara rahasia dengan Menteri Kehakiman Kobie Coetsee pada 1987, lalu bertemu lagi sebanyak 11 kali selama 3 tahun. Coetsee mengatur negosiasi antara Mandel dengan satu tim beranggotakan empat pejabat pemerintah sejak Mei 1988; tim sepakat membebaskan tahanan politik dan mengesahkan ANC dengan syarat mereka tidak boleh lagi melancarkan aksi kekerasan, memutus hubungan dengan Partai Komunis, dan tidak memaksakan kekuasaan mayoritas. Mandela menolak semuanya dan menegaskan bahwa ANC hanya akan mengakhiri pemberontakan bersenjata jika pemerintah menghentikan kekerasan.
Sepulihnya dari tuberkulosis yang disebabkan kondisi sel yang lembap, pada Desember 1988 Mandela dipindahkan ke Penjara Victor Verster dekat Paarl. Di sini, ia tinggal di rumah sipir yang lebih nyaman dengan koki pribadi; Mandela memanfaatkannya untuk menyelesaikan studi LLB-nya. Diizinkan banyak pengunjung, Mandela melakukan komunikasi rahasia dengan pemimpin ANC yang terasingkan, Oliver Tambo. Tahun 1989, Botha menderita stroke, tetap menjadi presiden tetapi mundur sebagai ketua Partai Nasional dan digantikan oleh F. W. de Klerk yang konservatif. Tanpa diduga, Botha mengundang Mandela minum teh pada Juli 1989; Mandela menyebutnya undangan yang hangat. Botha digantikan sebagai presiden oleh de Klerk enam minggu kemudian; presiden baru ini percaya bahwa apartheid tidak berkelanjutan dan membebaskan semua tahanan ANC tanpa syarat kecuali Mandela. Setelah runtuhnya Tembok Berlin bulan November 1989, de Klerk memanggil kabinetnya untuk membicarakan legalisasi ANC dan pembebasan Mandela. Meski beberapa anggota kabinet sangat menentang renccananya, de Klerk bertemu Mandela pada Desember untuk mendiskusikan situasi ini, sebuah pertemuan yang dianggap bersahabat oleh kedua orang tersebut, sebelum membebaskan Mandela tanpa syarat dan mengesahkan semua partai politik yang sebelumnya dibubarkan pada 2 Februari 1990.
Setelah keluar dari Victor Verster pada 11 Februari, Mandela menggandeng tangan Winnie di hadapan kerumunan dan pers; acara ini disiarkan langsung di seluruh dunia. Di Balai Kota Cape Town, ia menyampaikan pidato yang menyatakan komitmennya terhadap perdamaian dan rekonsiliasi dengan kaum minoritas kulit putih, tetapi menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata ANC belum berakhir dan akan terus berlanjut sebagai "aksi defensif murni terhadap kekejaman apartheid". Ia berharap pemerintah akan menyepakati negosiasi sehingga "pemberontakan bersenjata tidak diperlukan lagi" dan memaksa bahwa fokus utamanya adalah membawa perdamaian ke kalangan mayoritas kulit hitam dan memberi mereka hak suara di pemilu nasional dan lokal. Ketika tinggal di rumah Desmond Tutu beberapa hari selanjutnya, Mandela bertemu teman-teman, aktivis, dan pers, dan berpidato di hadapan 100.000 orang di Soccer City, Johannesburg.
Dengan penetapan pemilu pada tanggal 27 April 1994, ANC mulai berkampanye, membuka 100 posko pemilu, dan mempekerjakan penasihat Stanley Greenberg. Greenberg merancang pondasi People's Forums di seluruh negeri, sehingga Mandela bisa tampil; meski merupakan pembicara publik yang buruk, Greenberg adalah tokoh terkenal dengan status tinggi di kalangan penduduk kulit hitam Afrika Selatan. Pelantikan Mandela dilangsungkan di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994, disiarkan ke satu miliar penonton di seluruh dunia. Acara ini dihadiri 4.000 tamu, termasuk pemimpin dunia dari berbagai latar belakang. Selain Presiden Afrika Selatan berkulit hitam pertama, Mandela juga menjadi kepala Pemerintah Persatuan Nasional yang didominasi ANC—yang justru tidak punya pengalaman di pemerintahan—tetapi juga melibatkan perwakilan Partai Nasional dan Inkatha. Setelah duduk di kursi presiden, Mandela ganti baju beberapa kali sehari dan salah satu merek dagang Mandela adalah kemeja batiknya yang dikenal sebagai "kemeja Madiba". Ia selalu memakainya bahkan dalam suasana formal.
Penghargaan dan Monumen
Di South Africa, Mandela secara luas dianggap sebagai "bapak bangsa", dan "bapak pendiri demokrasi", dipandang sebagai "pembebas bangsa, sang penyelamat, Washington dan Lincoln digabung menjadi satu". Pada tahun 2004, Johannesburg memberikan Mandela kunci kota, dan pusat perbelanjaan Sandton Square diganti namanya menjadi Nelson Mandela Square setelah sebuah patung Mandela dipasang disana. Tahun 2008, patung Mandela dipasang di Groot Drakenstein Correctional Centre, sebelumnya Penjara Victor Verster, dekat Cape Town, di titik tempat Mandela dibebaskan dari penjara.
Ia juga mendapat banyak pujian dari dunia internasional. Pada tahun 1993, ia menerima Hadiah Perdamaian Nobel bersama de Klerk. Bulan November 2009, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan ulang tahun Mandela, 18 Juli, sebagai "Hari Mandela", yang menandakan kontribusinya untuk perjuangan anti-apartheid. Peringatan ini meminta semua orang menyumbangkan 67 menit waktunya untuk menolong orang lain. Angka tersebut diambil dari 67 tahun masa keterlibatan Mandela dalam pergerakan anti-apartheid.
Selain US Presidential Medal of Freedom, dan Order of Canada, ia merupakan orang hidup pertama yang mendapatkan status warga negara kehormatan Kanada. Setelah menjadi penerima terakhir Hadiah Perdamaian Lenin dari Uni Soviet, pada tahun 1990 ia menerima Bharat Ratna Award dari pemerintah India, dan tahun 1992 ia menerima Nishan-e-Pakistan dari Pakistan. Pada tahun 1992, ia dianugerahkan Atatürk Peace Award oleh Turki. Ia menolaknya karena waktu itu Turki melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia, namun akhirnya diterima Mandela tahun 1999. Elizabeth II menganugerahkan Mandela Bailiff Grand Cross of the Order of St. John dan Order of Merit.

1 komentar:

visitors